Bisnis, Kepulauan Anambas - Kementerian Perhubungan tengah menggelar tender terbuka untuk mencari maskapai penerbangan yang akan beroperasi di Bandara Letung, Kecamatan Jemaja Timur, Kepulauan Anambas. Kepala Satuan Pelaksana Bandara Letung, Ariyadi Widyawan, menargetkan satu maskapai bisa menerbangkan pesawatnya secara reguler mulai bulan depan.

"Banyak yang berminat, tapi belum ada yang mendaftar," ujar Ariyadi, saat meninjau pembangunan Bandara Letung, Ahad, 26 Februari 2017 lalu. Ia ingin tender tersebut rampung tepat waktu. Sebab, rencananya bandara ini bakal diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada April mendatang.

Baca : Kunjungan Raja Salman Bawa Misi Politik dan Ekonomi

Bandara Letung dibangun pada 2014 dan menelan biaya Rp 250 miliar. Kementerian menetapkan status Letung sebagai bandara perintis yang bisa menampung pesawat berkapasitas 15-30 orang. Adapun pembangunan landasan sepanjang 1.200 meter dan fasilitas lainnya sudah rampung pada November 2016. Penerbitan sertifikat bandar udara saat ini sedang diproses Kementerian Perhubungan.

Menurut Ariyadi, maskapai Susi Air pernah menguji coba penerbangan perintis Tanjung Pinang-Letung dengan pesawat jenis Dornier 228. Saat penerbangan dari Bandara Letung mulai dibuka pada 22 November 2016, daftar tunggu penumpang mencapai 100 persen dari kapasitas pesawat Susi Air sebanyak 32 orang. Namun rute perintis Susi Air berakhir pada Desember tahun lalu. Kini, Bandara Letung tidak beroperasi karena tidak ada maskapai yang melayani.

Aryadi menambahkan, sampai kini, hanya maskapai Xpress Air yang meninjau kelayakan Bandara Letung. Marketing Supervisor Xpress Air Area 5, Satria Megha, membenarkan perusahaannya berpeluang membuka rute baru Letung-Tanjung Pinang. Namun pihaknya harus berkoordinasi dengan kantor pusat untuk memastikan kelayakan izinnya.

Baca : Antam Nyatakan Siap Garap Tambang Freeport

Bupati Kepulauan Anambas Abdul Haris mengatakan Bandara Letung penting untuk menambah moda transportasi publik. Selama ini, masyarakat Anambas menggunakan kapal laut sebagai sarana perhubungan utama.

Masalahnya, laut tidak selalu bersahabat. Kepulauan yang porsi daratannya hanya 1,3 persen dari luas wilayah ini kerap terisolasi jika musim angin utara mendera pada Oktober-Februari. Sebab, kapal transportasi di sana hanya berbobot 30 gross tonnage dan bakal terempas jika ombak besar datang. Bila cuaca normal, kapal feri berukuran kecil bisa berlabuh hampir setiap hari.

Ke depan, Haris menambahkan, pesawat juga bisa digunakan untuk mengangkut logistik ke Anambas. Kabupaten ini terdiri atas 26 pulau berpenghuni yang berpusat di Kecamatan Siantan, Pulau Tarempa. Jika ombak besar datang, pasokan barang, seperti bahan kebutuhan pokok, bahan bangunan, dan bahan bakar minyak, terhenti.

ROBBY IRFANY